
K.R. Bioteknologi berasal dari dua kata,
yaitu ‘bio’ yang berarti makhuk hidup dan ‘teknologi yang berarti cara
untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989)
mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan
ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian
dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan
jasa (Goenadi & Isroi, 2003). Seperti halnya teknologi-teknologi yang lain,
aplikasi bioteknologi untuk pertanian selain menawarkan berbagai keuntungan
juga memiliki potensi risiko kerugian. Keuntungan potensial bioteknologi
pertanian antara lain: potensi hasil panen yang lebih tinggi, mengurangi
penggunaan pupuk dan pestisida, toleran terhadap cekaman lingkungan,
pemanfaatan lahan marjinal, identifikasi dan eliminasi penyakit di dalam
makanan ternak, kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan
defisiensi mikronutrien (Jones, 2003). Satu pendekatan baru yang sedang
mendapatkan banyak perhatian adalah Bio-farming ,
seperti antibiotika dalam buah pisang.
Bioteknologi dapat diaplikasikan
salah satunya di bidang pertanian. Perkembangan bioteknologi di bidang
pertanian sangatlah pesat dengan pemanfaatannya secara meluas hampir di seluruh
negara di dunia. Berdasarkan laporan Global Status of Commercialized Biotech/GM
Crops: 2009, di tahun 2009, 14 juta petani menanam 134 juta hektar (330 juta
akre) tanaman biotek di 25 negara, meningkat dari 13,3 juta petani dan 125 juta
hektar (7 persen) di 2008. 13 dari 14 juta petani, atau 90 persennya adalah
petani kecil dan bersumberdaya rendah dari negara-negara berkembang. Brasil melampaui
Argentina sebagai penanam tanaman biotek terbesar kedua secara global.
Pertumbuhan yang mengesankan dari 5,6 juta hektar menjadi 21,4 juta hektar,
meningkat 35% dibanding tahun 2008, ini merupakan pertumbuhan tertinggi untuk
semua negara di tahun 2009.
Ada delapan negara tertinggi di
dunia yang sampai tahun 2009 masing-masing menanam lebih dari 1 juta
hektar tanaman biotek diantaranya adalah Amerika Serikat (64,0 juta hektar),
Brasil (21,4 juta ha), Argentina (21,3 juta ha), India (8,4 juta ha), Kanada
(8,2 juta ha), China (3,7 juta ha), Paraguay (2,2 juta ha), dan Afrika Selatan
(2,1 juta ha). Negara-negara yang tersisa termasuk: Uruguay, Bolivia,
Filipina, Australia, Burkina Faso, Spanyol, Meksiko, Chile, Kolombia, Honduras,
Republik Ceko, Portugal, Rumania, Polandia, Kosta Rika, Mesir dan Slovakia.
Banyak perusahaan di dunia yang kini
sedang mengembangkan produk bioteknologi. Penerapannya yang semakin meluas
membuka peluang bagi berbagai perusahaan lainnya untuk turut berperan dalam
pengembangan produk-produk seperti ini. Perusahaan-perusahaan raksasa dunia
seperti Monsanto, DuPont, Syngenta, Bayer dan lainnya menguasai hampir seluruh
aspek pengembangan produk bioteknologi pertanian, dikarenakan modalnya yang
besar yang didukung oleh sumberdaya yang memadai.
Sebuah invensi bioteknologi pada
dasarnya merupakan ide atau solusi bagi sebuah masalah teknis. Oleh karena itu
adalah sangat penting untuk memperoleh perlindungan hukum sebelum
mengkomersialkannya. Dalam beberapa kasus, penelitian lebih lanjut masih
dibutuhkan sebelum sebuah invensi dapat diwujudkan dalam bentuk produk yang
dapat dipasarkan atau proses yang dapat diterapkan dalam produksi komersial.
Bahkan setelah produksi dari invensi baru dilaksanakan, upaya lebih lanjut
masih dibutuhkan untuk memasarkannya, yang juga memerlukan dukungan sumberdaya
manusia, investasi, waktu, dan kerja kreatif. Riset pengembangan merupakan
tahapan yang sangat penting sebelum sebuah hasil penelitian bioteknologi dapat
menjadi sebuah produk atau proses. Walaupun banyak tahapan yang dapat ditempuh,
pengalaman penulis menunjukkan bahwa riset pengembangan menentukan keyakinan
pihak investor dalam mengkomersialisasikan teknologi yang dihasilkan.
Salah satu kunci keberhasilan
komersialisasi produk bioteknologi adalah adanya kebutuhan pasar dan mutu
produk yang dihasilkan cukup memadai. Produk-produk berbasis bioteknologi
memperoleh apresiasi pasar karena masyarakat lebih sadar terhadap pentingnya produk
hayati. Oleh karena itu, produk-produk pupuk hayati, pelapuk hayati, dan
tanaman hasil kultur jaringan relatif mudah memperoleh tanggapan positif dari
pasar. Faktor kunci lainnya adalah jenis produk yang dihasilkan harus mampu
menawarkan peningkatan efisiensi pada tingkat harga yang layak. Memasarkan
produk pupuk hayati, yang mampu menghemat penggunaan pupuk kimia pada saat
harga pupuk terus meningkat dan subsidi oleh pemerintah dihapus akan sangat
efektif. Di samping aspek produk tersebut di atas, pengenalan terhadap segmen
pasar adalah sangat penting artinya agar invensi yang diciptakan mampu secara
potensial memiliki pasar utama (captive market).
Untuk itu diperlukan strategi mengamankan pasar produk melalui keterkaitan yang
erat antara produsen dan konsumen. Salah satunya adalah bahwa produsen adalah
sekaligus bertindak sebagai konsumen utama.
2. Kerugian Bioteknologi Konvensional
Adapun Keuntungan dan Kerugian
Bioteknologi Konvensional dan Modern adalah:
A. Bioteknologi
Konvensional
1. Keuntungan Bioteknologi Konvensional
a. Meningkatkan
nilai gizi dari produk-produk makanan dan minuman, seperti air susu
menjadi yoghurt, mentega, keju.
b. Teknologinya
relatif sederhana,
c. Menciptakan
sumber makanan baru, misalnya dari air kelapa dapat dibuat Nata de coco
d. Secara
tidak langsung dapat meningkatkan perekonomian rakyat karena bioteknologi
konvensional tidak banyak membutuhkan biaya karena biaya yang digunakan
relatif murah
e. Pengaruh
jangka panjang umumnya sudah diketahui karena sistemnya sudah mapan
2. Kerugian Bioteknologi Konvensional
a. Tidak dapat mengatasi masalah
ketidaksesuaian (inkompatibilitas) genetic
b. Perbaikan sifat genetik tidak terarah
c. Hasil tidak dapat diperkirakan
sebelumnya
d. Memerlukan waktu yang relatif
lama untuk menghasilkan galur baru
e. Tidak dapat mengatasi kendala alam
dalam sistem budidaya tanaman, misalnya hama
B. Bioteknologi
Modern
1. Manfaat
Bioteknologi Modern
a. Di
bidang pertanian dan peternakan yaitu mampu menciptakan bibit-bibit unggul yang
akan memberikan produk bermutu tinggi secara kualitas dan kuantitas
,meningkatnya sifat resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman,
misalnya tanaman transgenik kebal hama, Mengatasi terbatasnya lahan
pertanian , Mengatasi produksi bibit yang sama dalam jangka waktu singkat ,
Mengendalikan serangga perusak tanaman budidaya
b. Dibidang Lingkungan dan pelestarian yaitu mengatasi masalah pelestarian species
langka dan hampir punah. Dengan teknologi transplantasi nukleus, hewan /
tumbuhan langka bisa dilestarikan, membantu manusia mengatasi masalah-masalah
pencemaran lingkungan, Seperti : bacteri pemakan plastik dan parafin, bacteri
penghasil bahan plastik biodegradable,
c. Dibidang kesehatan, mampu menciptakan produk obat untuk penyakit.Misalnya :
penyakit kelainan genetis dg terapi gen, hormon insulin, antibiotik, antibodi
monoklonal, vaksin.
d. Dibidang industri, mampu menciptakan pemberantas hama secara biologis (Bacillus
thuringensis) dan tanaman tahan hama dalam tubuhnya disisipi gen bakteri
(tanaman transgenik)
e. Dibidang pertambangan, mampu melakukan pengolahan biji besi (Thiobacillus
ferrooxidans), membantu manusia mengatasi masalah sumber daya energi.
Misalnya : bioethanol, biogas,membantu proses pemurnian logam dari bijihnya
pada pertambangan logam ( biohidrometalurgi )
2.
Kerugian Bioteknologi Modern
1) Di
bidang Etika/ Moral
a. Ada
masyarakat yang menganggap bahwa menyisipkan gen suatu MH ke MH berten-tangan
dengan nilai budaya dan melanggar hukum alam
b. Penyisipan
gen babi ke dalam buah semangka dapat membawa konsekuensi bagi penganut agama
tertentu.
c. Pemberian
hak paten atas organisme transgenik bertentangan dengan banyak nilai-nilai
budaya yang menghargai nilai intrinsik makhluk hidup karena pemberian hak paten
pada organisme hasil rekayasa menyebabkan pemberian hak pribadi atas organisme
yang bisa disalahgunakan.
d. Kloning
manusia saat ini masih dipertentangkan dan dianggap merusak nilai etika dan
moral karena merusak embrio/janin manusia untuk alasan apapun dianggap tidak
manusiawi
2) Di
bidang sosial ekonomi
a. Menimbulkan
kesenjangan antara negara/ perusahaan yang memanfaatkan biotekno-logi dengan
yang belum memanfaatkan bioteknologi (negara dunia ke tiga).
b. Hak
paten hasil rekayasa, swastanisasi dan konsentrasi bioteknologi pada kelompok
tertentu membuat petani tradisional tidak dapat mengadakan bibit sendiri dan
para peneliti harus mendapatkan ijin terlebih dahulu sebelum melakukan
penelitian menggunakan bibit-bibit hasil rekayasa tersebut.
c. Merugikan
petani kecil dan menimbulkan kesenjangan ekonomi karena produk bioteknologi
yang pada umumnya dimiliki oleh pemilik modal dapat meningkatkan produksi
hingga 50 %.
d. Produk
bioteknologi hasil modifikasi genetika suatu organisme dapat menyingkirkan
plasma nutfah, yaitu suatu jenis makhluk hidup yang masih memiliki sifat asli.
3) Dampak
di bidang kesehatan
a. Ada
produk hasil rekayasa genetik yang disinyalir menimbulkan masalah serius,
misalnya kematian akibat penggunaan insulin, sapi penghasil susu yang disuntik
dengan Hormon BGH mengandung bahan kimia yang berbahaya, tomat Flavr Savr
diketahui membawa gen resisten terhadap antibiotik.
b. Penggunaan
insulin hasil rekayasa telah menyebabkan 31 orang meninggal di Inggris.
c. Tomat
Flavr Savr hasil rekayasa diketahui mengandung gen yang resisten terhadap
antibiotik.
d. Susu
sapi yang disuntik hormon BGH (bovine growth hormone) atau hormon pertumbuhan
sapi, disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi
kesehatan manusia..
e. Jagung
yang direkayasa sebagai pakan unggas menjadikan unggas tersebut mengandung
genetic modified organism (GMO) yang dikhawatirkan membahayakan manusia.
f. Ada
dugaan bahwa SARS yang menghebohkan dunia, diduga disebabkan oleh rekayasa
genetika virus Corona.
4) Dampak
terhadap lingkungan
a. Pelepasan
organisme transgenik ke alam dapat keseimbangan alam dan kelestarian organisme.
b. Pencemaran
biologi, karena apabila makhluk hidup transgenik lepas ke alam bebas dan kawin
dengan makhluk normal dapat menghasilkan keturunan yang mutan.
c. Penyalahgunaan
hak pribadi, karena dengan rekayasa genetika perubahan genotip tidak dirancang
secara alami sesuai dengan kebutuhan, melainkan menurut kebutuhan pelaku
bioteknologi itu sendiri. Hal ini dapat menimbulkan peluang bahaya bagi
kelestarian lingkungan hidup.
Sejarah
perkembangan bioteknologi sendiri dimulai:
·
1917 Karl
Ereky memperkenalkan istilah bioteknologi
·
1943 Penisilin
diproduksi dalam skala industri
·
1944 Avery,
MacLeod, McCarty mendemonstrasikan bahwa DNA adalah bahan genetik
·
1955 Watson
& Crick menentukan struktur DNA
·
1961 Jurnal
Biotechnology and Bioengineering ditetapkan
·
1961-1966 Seluruh
sandi genetik terungkapkan
·
1970 Enzim
restriksi endonuklease pertama kali diisolasi
·
1972 Khorana
dan kawan-kawan berhasil mensintesa secara kimiawi seluruh gen tRNA
·
1973 Boyer
dan Cohen memaparkan teknologi DNA rekombinan
·
1975 Kohler
dan Milstein menjabarkan produksi antibodi monoklonal
·
1976 Perkembangan
teknik-teknik untuk menentukan urutan DNA
·
1978 Genetech
menghasilkan insulin manusia dalam E.coli
·
1980 US
Supreme Court: Mikroba hasil manipulasi dapat dipatenkan
·
1981 Untuk
pertama kalinya automated DNA synthesizers dijual secara komersial
·
1981 Untuk
pertama kalinya kit diagnostik berdasar antibodi disetujui untuk dipakai di Amerika Serikat
·
1982 Untuk
pertama kalinya vaksin hewan hasil teknologi DNA rekombinan disetujui pemakaiannya di
Eropa
·
1983 Plasmid
Ti hasil rekayasa genetik dipakai untuk transformasi tanaman
·
1988 US
Patent diberikan untuk mencit hasil
rekayasa genetik sehingga rentan
terhadap kanker (untuk penelitian tumor)
·
1988 Metode
Polymerase Chain Reaction dipubliikasi
·
1990 USA:
Telah disetujui percobaan Terapi gen sel somatik pada manusia
·
1997 Kloning
hewan (domba Dolly) dari sel dewasa (sel kambing)
·
2000 Pro
dan kontra tanaman transgenik di Indonesia. Kapas transgenik ditanam di Sulawesi Selatan
·
2001 Konstruksi
monyet transgenik (ANDi) yang mengandung gen GFP dari sejenis ubur-ubur dan
hingga masa kini.
0 comments:
Post a Comment